Amelia (Anak-anak Mamak #01)
Ada satu comment penting, yaitu cover bukunya.. Haduh, tidak menarik sama sekali. Jika tidak tahu Tere Liye itu siapa, dan belum baca karya2 Tere Liye mungkin tidak akan fizah lirik buku ini.. :D
Menurut fizah, dibandingkan dengan serial kakak2nya Amelia inilah yang paling menarik, dia yang paling penurut.
Sebagai si bungsu penunggu rumah, Amel sadar, setelah menamatkan pendidikan doktor dalam dua bidang sekaligus, dia kembali ke kampung halaman, sesuai janjinya pada mamak.
Menjadi guru merupakan cita cita terbaik yang penah dimilikinya saat menatap wajah tulus Pak Bin dan Nek Kiba. Dia berjanji tidak akan ada lagi keterbatasan di kampungnya.
Amelia si bungsu yang kuat
"Karena kau harus tahu, air mata dari seseorang yang tulus hatinya, justru adalah bukti betapa kuat dan kokoh hidupnya. Tidak ada yang keliru dengan tangisan kau, Amell. Kau selalu adalah anak Bapak dan Mamak yang paling kuat di keluarga ini."
Kalian tahu, namaku Amelia, semua orang memanggilku 'Amel'. Tapi sejak sore itu, sejatinya aku selalu ingin di panggil dengan sebutan lain. Bukan 'Meli', bukan 'Lia', melaikan 'Eli'. Aku selalu ingin dipanggil seperti panggilan Kak Eli. Bukan karena nama itulah yang menyuruh-nyuruhku, bisa mengatur semua orang, sangat berkuasa di rumah. Melainkan aku tahu sekarang, karena aku ingin persis seperti Kak Eli, yang selalu menyayangi adik adiknya. Kakak terbaik sedunia yang aku miliki. Kakak sulungku yang amat pemberani.
Wak Yati benar, seorang ibu selalu menyimpan misteri besar dalam hidup ini.
Bagaimana kalau akhirnya kami semua pergi dari rumah? Kak Pukat. Kak Burlian. Dan akhirnya aku. Bagaimana jika esok lusa, kepergian itu tidak sekedar hanya ke Kota Kabupaten yang dekat? Dan itu tidak hanya hitungan bulan bisa pulang, bagaimana jika bertahun-tahun? Rumah panggung yang ramai ini hanya menyisakan Bapak dan Mamak berdua. Apakah Mamak akan selalu bilang dia baik baik saja, membiarkan kami pergi, tapi sebenarnya ia amat sedih?
Cinta itu tidak harus memiliki, tidak harus mengekang. Karena dengan begitu kita justru membuat arti cinta itu jadi dangkal. Semua orang tua selalu bersedia melepas anak-anaknya pergi, meski itu membuatnya amat sedih, kehilangan.
Amel tahu, Mamak orang yang terakhir bergabung di meja. Dialah orang terakhir yang menyendok sisa gulai atau sayur. Yang kehabisan makanan. Mamak yang terakhir kali tidur, setelah semua tidur. Mamak yang terakhir beranjak istirahat, setelah semua istirahat. Mamak selalu yang terakhir dalam urusan. Dan mamak juga yang selalu pertama bangun. Dia yang pertama membereskan rumah. Dia yang pertama kali mencuci, mengelap, mengepel. Dia yang pertama kali ada saat kami terluka, menangis, sakit. Dia yang pertama kali memastikan kami baik baik saja. Mamak yang selalu pertama dalam urusan itu. Amel tahu itu semua. Amel memperhatikan kok.
Akhirnya setelah menunggu sekian lama, Amelia terbit juga.. Segera setelah ada pemberitahuan pada Facebook Tere Liye, langsung pesan online. Dan mumpung kemarin hari libur, selesai pulalah Amelia..Ada satu comment penting, yaitu cover bukunya.. Haduh, tidak menarik sama sekali. Jika tidak tahu Tere Liye itu siapa, dan belum baca karya2 Tere Liye mungkin tidak akan fizah lirik buku ini.. :DMenurut fizah, dibandingkan dengan serial kakak2nya Amelia inilah yang paling menarik, dia yang paling
Buku ini banyak membarikan arti untuk kembali ke rumah, kembali lagi ke Desa dimana kamu dilahirkan dan dibesarkan, buku ini tentang keluasan hati tokoh utama tentang selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan orang banyak dibandingkan dirinya sendiri demi terwujudnya kelarasan ditengah-tengah masyarakat juga demi bisa membangun desanya.Hati yang kuat bukan mereka yang selalu tidak pernah menangis, tapi karena menangis itulah menandakan dia kuat.
buku-buku Tere Liye ini selalu bagus, dan Serial Anak-Anak Mamak ini adalah favorit saya. Penuh pelajaran.
Apakah kisah kanak-kanakku berakhir bahagia? Jawabannya, tidak. Bahkan berakhir dengan air mata kesedihan. Aku menangis terisak, terduduk di atas tanah becek, mencekram lumpur, tidak peduli kalau bapak memelukku, menghiburku. Tidak peduli saat mamak berbisik menenangkan. paman Unus berbisik "Kau baru saja memulainya, Amel. Kau baru saja memulai perjalanan panjang itu, Nak. Ini bukan akhir. Ini justru awal segalanya. Kau adalah Amelia, anak bungsu keluarga ini. Amelia, si penunggu rumah. Kau
Ini buku yang pertama? Dengan perkenalan tokoh di awal. Tapi nada yang sama dengan Eliana. Kalau nama tokoh dihapus, antara Eli dan Amel tidak berbeda. Sama dengan Eliana menurut saya tokoh Amel terlalu dewasa pemikirannya untuk anak 8 tahun. Hal positif yang saya suka : deskripsi tentang perkebunan, usaha untuk memajukan kampung, dan inspirasi kembali lagi ke kampung untuk mengajar.
Sudah lama sekali saya penasaran dengan Serial Anak-anak Mamak ini. Alhamdulillah, sekarang tercapai. Terima kasih ya Kak Peek the Book dan Kak Dereizen yang sudah memberikan kesempatan ini pada saya 🙂Satu hal yang pernah saya tulis tentang mengapa saya menyukai Tere Liye adalah karena hampir (atau bahkan semua?) buku beliau selalu mengajarkan nasihat-nasihat baik. Tentang bagaimana memahami hidup yang baik.Maka seperti itu juga yang ada di novel Amelia. Novel ini juga mengajarkan
Tere Liye
Paperback | Pages: 390 pages Rating: 4.25 | 1504 Users | 166 Reviews
Identify Books Supposing Amelia (Anak-anak Mamak #01)
Original Title: | Amelia (Serial Anak-Anak Mamak, Buku 1) ISBN13 9786028997737 |
Edition Language: | Indonesian |
Series: | Anak-anak Mamak #01 |
Narration Toward Books Amelia (Anak-anak Mamak #01)
Akhirnya setelah menunggu sekian lama, Amelia terbit juga.. Segera setelah ada pemberitahuan pada Facebook Tere Liye, langsung pesan online. Dan mumpung kemarin hari libur, selesai pulalah Amelia..Ada satu comment penting, yaitu cover bukunya.. Haduh, tidak menarik sama sekali. Jika tidak tahu Tere Liye itu siapa, dan belum baca karya2 Tere Liye mungkin tidak akan fizah lirik buku ini.. :D
Menurut fizah, dibandingkan dengan serial kakak2nya Amelia inilah yang paling menarik, dia yang paling penurut.
Sebagai si bungsu penunggu rumah, Amel sadar, setelah menamatkan pendidikan doktor dalam dua bidang sekaligus, dia kembali ke kampung halaman, sesuai janjinya pada mamak.
Menjadi guru merupakan cita cita terbaik yang penah dimilikinya saat menatap wajah tulus Pak Bin dan Nek Kiba. Dia berjanji tidak akan ada lagi keterbatasan di kampungnya.
Amelia si bungsu yang kuat
"Karena kau harus tahu, air mata dari seseorang yang tulus hatinya, justru adalah bukti betapa kuat dan kokoh hidupnya. Tidak ada yang keliru dengan tangisan kau, Amell. Kau selalu adalah anak Bapak dan Mamak yang paling kuat di keluarga ini."
Kalian tahu, namaku Amelia, semua orang memanggilku 'Amel'. Tapi sejak sore itu, sejatinya aku selalu ingin di panggil dengan sebutan lain. Bukan 'Meli', bukan 'Lia', melaikan 'Eli'. Aku selalu ingin dipanggil seperti panggilan Kak Eli. Bukan karena nama itulah yang menyuruh-nyuruhku, bisa mengatur semua orang, sangat berkuasa di rumah. Melainkan aku tahu sekarang, karena aku ingin persis seperti Kak Eli, yang selalu menyayangi adik adiknya. Kakak terbaik sedunia yang aku miliki. Kakak sulungku yang amat pemberani.
Wak Yati benar, seorang ibu selalu menyimpan misteri besar dalam hidup ini.
Bagaimana kalau akhirnya kami semua pergi dari rumah? Kak Pukat. Kak Burlian. Dan akhirnya aku. Bagaimana jika esok lusa, kepergian itu tidak sekedar hanya ke Kota Kabupaten yang dekat? Dan itu tidak hanya hitungan bulan bisa pulang, bagaimana jika bertahun-tahun? Rumah panggung yang ramai ini hanya menyisakan Bapak dan Mamak berdua. Apakah Mamak akan selalu bilang dia baik baik saja, membiarkan kami pergi, tapi sebenarnya ia amat sedih?
Cinta itu tidak harus memiliki, tidak harus mengekang. Karena dengan begitu kita justru membuat arti cinta itu jadi dangkal. Semua orang tua selalu bersedia melepas anak-anaknya pergi, meski itu membuatnya amat sedih, kehilangan.
Amel tahu, Mamak orang yang terakhir bergabung di meja. Dialah orang terakhir yang menyendok sisa gulai atau sayur. Yang kehabisan makanan. Mamak yang terakhir kali tidur, setelah semua tidur. Mamak yang terakhir beranjak istirahat, setelah semua istirahat. Mamak selalu yang terakhir dalam urusan. Dan mamak juga yang selalu pertama bangun. Dia yang pertama membereskan rumah. Dia yang pertama kali mencuci, mengelap, mengepel. Dia yang pertama kali ada saat kami terluka, menangis, sakit. Dia yang pertama kali memastikan kami baik baik saja. Mamak yang selalu pertama dalam urusan itu. Amel tahu itu semua. Amel memperhatikan kok.
Itemize Of Books Amelia (Anak-anak Mamak #01)
Title | : | Amelia (Anak-anak Mamak #01) |
Author | : | Tere Liye |
Book Format | : | Paperback |
Book Edition | : | Anniversary Edition |
Pages | : | Pages: 390 pages |
Published | : | November 2013 by Penerbit Republika |
Categories | : | Novels. Fiction. Family |
Rating Of Books Amelia (Anak-anak Mamak #01)
Ratings: 4.25 From 1504 Users | 166 ReviewsWeigh Up Of Books Amelia (Anak-anak Mamak #01)
Pasca baca Eliana yang lebih banyak seriusnya, baca Amelia ini menyenangkan sekaliiii!!!Anak bungsu yang dibanggakan, sekaligus disebut paling kuat di keluarga. Yes, she is! Kuat banget perjuangin mimpi buat kemajuan desanya, kuat ngadepin Norris yang (sempat) menyebalkan, kuat ngadepin omelan-omelan Kak Eli, juga sindiran Kak Pukat dan Burlian perkara "anak bungsu itu anak penunggu rumah"... kuat semuanya!Gaya cerita yang gambarin Amelia sebagai anak bungsu, nyaris tanpa cela. Kadang mikirAkhirnya setelah menunggu sekian lama, Amelia terbit juga.. Segera setelah ada pemberitahuan pada Facebook Tere Liye, langsung pesan online. Dan mumpung kemarin hari libur, selesai pulalah Amelia..Ada satu comment penting, yaitu cover bukunya.. Haduh, tidak menarik sama sekali. Jika tidak tahu Tere Liye itu siapa, dan belum baca karya2 Tere Liye mungkin tidak akan fizah lirik buku ini.. :DMenurut fizah, dibandingkan dengan serial kakak2nya Amelia inilah yang paling menarik, dia yang paling
Buku ini banyak membarikan arti untuk kembali ke rumah, kembali lagi ke Desa dimana kamu dilahirkan dan dibesarkan, buku ini tentang keluasan hati tokoh utama tentang selalu mendahulukan kepentingan orang lain dan orang banyak dibandingkan dirinya sendiri demi terwujudnya kelarasan ditengah-tengah masyarakat juga demi bisa membangun desanya.Hati yang kuat bukan mereka yang selalu tidak pernah menangis, tapi karena menangis itulah menandakan dia kuat.
buku-buku Tere Liye ini selalu bagus, dan Serial Anak-Anak Mamak ini adalah favorit saya. Penuh pelajaran.
Apakah kisah kanak-kanakku berakhir bahagia? Jawabannya, tidak. Bahkan berakhir dengan air mata kesedihan. Aku menangis terisak, terduduk di atas tanah becek, mencekram lumpur, tidak peduli kalau bapak memelukku, menghiburku. Tidak peduli saat mamak berbisik menenangkan. paman Unus berbisik "Kau baru saja memulainya, Amel. Kau baru saja memulai perjalanan panjang itu, Nak. Ini bukan akhir. Ini justru awal segalanya. Kau adalah Amelia, anak bungsu keluarga ini. Amelia, si penunggu rumah. Kau
Ini buku yang pertama? Dengan perkenalan tokoh di awal. Tapi nada yang sama dengan Eliana. Kalau nama tokoh dihapus, antara Eli dan Amel tidak berbeda. Sama dengan Eliana menurut saya tokoh Amel terlalu dewasa pemikirannya untuk anak 8 tahun. Hal positif yang saya suka : deskripsi tentang perkebunan, usaha untuk memajukan kampung, dan inspirasi kembali lagi ke kampung untuk mengajar.
Sudah lama sekali saya penasaran dengan Serial Anak-anak Mamak ini. Alhamdulillah, sekarang tercapai. Terima kasih ya Kak Peek the Book dan Kak Dereizen yang sudah memberikan kesempatan ini pada saya 🙂Satu hal yang pernah saya tulis tentang mengapa saya menyukai Tere Liye adalah karena hampir (atau bahkan semua?) buku beliau selalu mengajarkan nasihat-nasihat baik. Tentang bagaimana memahami hidup yang baik.Maka seperti itu juga yang ada di novel Amelia. Novel ini juga mengajarkan
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.